Robbins
(1996) menjabarkan variabel-variabel yang berkaitan dengan kerja yang
menentukan kepuasan kerja, meliputi:
a.
kerja yang secara mental menantang.
Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka
kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan
beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka
mengerjakannya. Karakteristik tersebut membuat kerja secara mental menantang.
Pekerjaan yang terlalu kurang menantang akan menciptakan kebosanan, tetapi yang
rlalu banyak menantang akan menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada
kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan
dan kepuasan.
b.
Ganjaran yang pantas. Para
karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan
sebagai adil dan segaris dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai
adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu,
dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan
kerja. Tetapi kunci yang menautkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak
yang dibayarkan, melainkan yang lebih penting adalah persepsi keadilan.
c.
Kondisi kerja yang mendukung.
Karyawan peduli akan lingkungan kerja yang baik untuk kenyamanan pribadi maupun
untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik. Studi-studi menunjukkan bahwa
karyawan lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak berbahaya atau
merepotkan. Temperatur, cahaya, suara, dan faktor-faktor lingkungan lain
seharusnya tidak ekstrem (terlalu banyak, atau terlalu sedikit).
d.
Rekan sekerja yang mendukung.
Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial.
Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah
dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat.
Menurut
Veithzal Rivai (2004;479-480) indikator dari kepuasan kerja terdiri dari :
a.
Isi pekerjaan, penampilan tugas
pekerjaan yang aktual dan sebagai kontrol terhadap pekerjaan. Karyawan akan
merasa puas bila tugas kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan belajar
dan menerima tanggung jawab.
b.
Supervisi. Adanya perhatian dan
hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa
bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja akan
meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Sebaliknya, supervisi yang buruk dapat
meningkatkan turn over dan absensi karyawan.
c.
Organisasi dan manajemen, yang
mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil, untuk memberikan
kepuasan kepada karyawan.
d.
Kesempatan untuk maju. Adanya
kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama bekerja
akan memberikan kepuasan pada karyawan terhadap pekerjaannya.
e.
Gaji dan keuntungan dalam
bidang finansial lainnya seperti adanya intensif. Gaji adalah suatu jumlah yang
diterima dan keadaan yang dirasakan dari upah (gaji). Jika karyawan merasa
bahwa gaji yang diperoleh mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya
maka kecenderungan karyawan untuk merasa puas terhadap kerjanya akan lebih
besar. (Arep dan Tanjung,2003).
f.
Rekan kerja. Adanya hubungan
yang dirasa saling mendukung dan saling memperhatikan antar rekan kerja akan
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan hangat sehingga menimbulkan
kepuasan kerja pada karyawan.
g.
Kondisi pekerjaan. Menurut
Sondang Siagian (2004:131-132), kondisi kerja yang mendukung akan meningkatkan
kepuasan kerja pada karyawan. Kondisi kerja yang mendukung artinya tersedianya
sarana dan prasarana kerja yang memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus
diselesaikannya.
No comments:
Post a Comment