Proses
pembentukan kinerja dapat dijelaskan melalui berbagai macam teori. Antara lain
dengan empat bentuk formula mengenai kinerja sebagai berikut:
a.
Formula Heider
Formula
pertama adalah yang dikembangkan oleh Heider (As’ad, 2003). Formula ini
berdasarkan pada teori harapan, sehingga kinerja dirumuskan sebagai berikut:
P = M X A
Keterangan:
|
P
|
:
|
Performance (Identifikasi kinerja yang dicapai)
|
|
M
|
:
|
Motivation (Menggambarkan
motivasi dalam melaksanakan proses kerja)
|
|
A
|
:
|
Ability (Kemampuan
yang dimiliki individu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan)
|
Berpijak
pada formula di atas, kinerja adalah hasil interaksi antara motivasi dengan
kemampuan. Dengan demikian orang yang tinggi motivasinya tetapi memiliki
kemampuan yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah. Begitu pula
sebaliknya dengan orang yang sebenarnya memiliki kemampuan yang tinggi tetapi
rendah motivasinya (As’ad, 2003).
b.
Formula Davis
Formula
yang kedua adalah formula yang dikemukakan oleh Davis (Dewi, 1998), dengan
rumusan sebagai berikut:
E X A = P
Keterangan:
|
P
|
:
|
Performansi kerja
|
|
E
|
:
|
Effort (Usaha yang
ditunjukkan selama proses kerja)
|
|
A
|
:
|
Ability (kemampuan
yang digunakan individu dalam menyelesaikan pekerjaan)
|
Formula tersebut menjelaskan bahwa kinerja dipengaruhi
oleh usaha yang dilakukan individu dan penggunaan kemampuan untuk terlibat
dalam proses kerja secara bersama-sama. Aspek kemampuan yang dimiliki individu
pada dasarnya selalu berperan membantu mencapai kinerja.
Formula
yang dikemukakan oleh Heider dan Davis di atas mempunyai konsep berpikir yang
sama, yaitu faktor motivasi yang ada didalam kedua formula tersebut yang dapat
diartikan sebagai usaha (effort)
untuk akan mengaktifkan, mengatur dan mendorong perilaku individu dalam
melakukan proses kerja. Menurut kedua formula di atas, kinerja yang mampu
dicapai merupakan hasil interaksi antara motivasi dengan kemampuan. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa faktor motivasi dan kemampuan individu dalam menyelesaikan
suatu tugas mempengaruhi pembentukan kinerja.
c.
Formula Vroom.
Formula yang ketiga merupakan
formula yang dikembangkan oleh Vroom (As’ad, 2003 dan Dewi, 1998). Vroom
mengemukakan bahwa formula yang dibuatnya berdasarkan rumus dibawah ini:
M = (V x I x E)
Keterangan :
|
V
|
:
|
|
|
I
|
:
|
Instrumentality (alat)
|
|
E
|
:
|
Expextacy (harapan)
|
|
M
|
:
|
Motivasi
|
Formula di
atas menjelaskan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi
untuk berperilaku, khususnya motivasi berperilaku kerja. Apabila tuntutan kerja
yang dibebankan pada individu tidak sesuai dengan kemampuannya maka kinerja
yang diharapkan akan sulit dicapai. Begitu pula dengan tuntutan tugas yang
terlalu rendah, maka tidak akan memotivasi individu untuk mengerahkan segala
kemampuannya untuk mencapai tujuan. Sebaliknya, apabila tuntutan kerja melebihi
kemampuan individu, kinerja yang diharapkan juga sulit untuk dicapai.
Setiap
orang mempunyai tujuan-tujuan pribadi yang diharapkan dapat dicapai sebagai
akibat atau timbal balik dari kinerja yang berikan. Ketidakmampuan untuk
mencapai kinerja yang diharapkan akan membuat individu merasa tertekan dalam
bekerja, oleh karena itu penting sekali menempatkan karyawan sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, tidak hanya dalam melaksanakan pekerjaan tetapi
juga dapat mengembangkan potensinya dalam pekerjaan tersebut (Kustiyah, 1994).
d.
Formula Blumberg-Pringle
Formula
Blumberg-Pringle (Jewell dan Siegall, 1998)
mengusulkan sebuah model kinerja dimana di dalam model tersebut dimasukkan
variabel perseorangan dan lingkungan yang lengkap serta saling berinteraksi
untuk menghasilkan tingkat dan kualitas kinerja. Komponen dalam model
Blumberg-Pringle ini terdiri dari kesempatan (opportunity), kapasitas (capacity)
dan kemauan (willingness) yang
dirumuskan sebagai:
Kinerja = f(O x C x W)
Variabel
lingkungan dalam model Blumberg-Pringle dimasukkan dalam komponen kesempatan (opportunity) seperti piranti, peralatan,
material dan pasokan; kondisi kerja; tindakan rekan kerja; perilaku pemimpin;
mentorisme, kebijakan, peraturan dan prosedur organisasi, informasi; waktu; dan
gaji. Kapasitas (capacity) untuk
melakukan performansi kerja meliputi variabel fisik, fisiologi, pengetahuan dan
keahlian yang sesuai. Sedangkan Variabel dalam kemauan meliputi karakteristik
psikologis perorangan dan meliputi nilai, sikap, persepsi dan motivasi. Formula
ini lebih rumit dibandingkan dengan beberapa formula yang telah diuraikan
sebelumnya karena diperlukan berbagai pendekatan dan sering kali variabel
lingkungan diabaikan dalam berbagai penelitian (Jewell & Siegall, 1998).
Konsep
formula yang keempat ini juga dikemukakan Tiffin dan McCormick (Dewi, 1998)
yang menyatakan bahwa kinerja juga dipengaruhi oleh lingkungan dan iklim kerja.
Lingkungan yang bersemangat, optimis, dan menyukai kerja akan mempengaruhi
seseorang untuk mengikuti keadaan tersebut.
No comments:
Post a Comment